Bayang, Nama, dan Luka

Tiga

Aku pikir ia akan melepaskan.Seperti daun yang tahu musimnya sudah habis,seperti sungai yang tak bisa memaksa hujan untuk tinggal. Tapi pagi itu, saat aku diam-diam mencoba meninggalkan semuanya—dengan langkah ringan yang pura-pura tegar,dengan pesan singkat yang seperti petunjuk arah yang tak ingin dibaca ulang—ia muncul. Bukan dengan amarah.Bukan dengan tangis.Ia berdiri seperti pohon yang tetap […]

Tiga Read More »

Dua

Dunia tidak berubah. Tapi ada yang mulai retak pelan-pelan di dalamku—sebuah kesadaran samar, bahwa mungkin aku bisa merasa lagi. Dan di antara pagi-pagi yang terasa seperti sore,aku bertemu dia.Ternyata, dia sudah ada sejak lama,hanya saja mataku baru terbuka ke arahnya. Ia bukan seseorang yang datang dengan tanya.Ia datang seperti kabut.Tak terlihat tiba, tapi tahu-tahu sudah

Dua Read More »

Satu

Aku lahir dari malam yang tidak tahu kapan harus pagi.Orang-orang bilang waktu itu berjalan, tapi sejak suara itu menembus kulit dunia,aku merasa waktu hanya berdetak tanpa kemauan.Tidak bergerak.Tidak berpaling.Hanya menunggu satu jenis cahaya yang berputar. Aku tidak tahu nama pastinya.Mereka menyebutnya panggilan darurat, kendaraan penolong, harapan terakhir.Tapi bagiku, ia hanya—lampu.Lampu yang tak membawa harapan,hanya tahu

Satu Read More »

Prolog

Malam merayap masuk, membawa serta desah panjang dan pertanyaan-pertanyaan yang enggan kusambut. “Sampai kapan kau akan terus bersembunyi dalam bayang-bayang ini?”Suara itu—lirih namun tajam—bergema di relung pikiranku; aku berbicara pada diriku sendiri, atau mungkin pada sosok lain yang telah lama kukenal; ketakutanku. Di kejauhan, sirine meraung, memecah kesunyian dengan nada pilu; roda brankar berdecit di

Prolog Read More »