Bab 1: Kursi yang Tak Pernah Kosong – Lelaki di Kursi Tama

Taman itu selalu sunyi di senja hari. Burung-burung berhenti berkicau, angin membawa bau tanah yang lembap, dan bangku-bangku tua ditinggalkan pengunjung sejak matahari mulai condong ke barat.

Namun, satu kursi di pojok taman tak pernah kosong.

Seorang lelaki tua duduk di sana setiap hari, pukul lima lewat tujuh menit.

Selalu sendiri. Selalu diam. Selalu menatap ke arah kolam yang kering di depannya.

Pada hari ketiga aku melihatnya, rasa penasaran mulai muncul. Ia tak bergerak sama sekali, bahkan kelopak matanya jarang berkedip. Dari jauh, kulitnya terlihat pucat—seperti marmer tua.

Saat aku mendekat untuk jogging kecil, hawa dingin menyergap, meski matahari belum tenggelam. Aku hanya sempat melirik. Tangannya biru, seperti tak dialiri darah. Tapi tidak ada bau aneh. Tidak ada lalat.

Dia hanya duduk… dan menatap.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *